GUA TABUHAN- Stalaktit dan Stalagmit Bertangga Nada
Anda pecinta musik tradisional, khususnya gamelan? Well, berarti Gua Tabuhan harus masuk dalam daftar wajib kunjung Anda. Lho, memang apa hubungannya gua dengan musik gamelan? Sesuai dengan namanya, Tabuhan berasal dari kata “tabuh” atau membunyikan alat musik pukul. Namun simpan dulu rasa penasaran Anda hingga selesai menyusuri gua ini.Begitu tiba di area gua yang berada kurang lebih 40 km dari Pacitan ini, mulut gua akan langsung menarik perhatian Anda. Lubang selebar 16 m di lereng kawasan karst ini dihiasi dengan puluhan stalaktit batu kapur berwarna putih. Stalaktit-stalaktit ini begitu kokoh, mengingatkan YogYES pada gigi-gigi taring raksasa yang sedang menguap. Rongga gua luas dan lebar, dengan beberapa ceruk gelap di pojok-pojoknya. Meski sebuah jalur setapak bersemen sudah dibangun di dalam gua, namun Anda harus tetap berhati-hati dalam melangkah. Beberapa stalaktit masih meneteskan air dan membuat licin di beberapa bagian.
Gua yang berada di Dusun Tabuhan, Desa Wereng, Kecamatan Punung ini termasuk salah satu situs peninggalan sejarah penting dan disinyalir sebagai salah satu gua hunian kering manusia purba. Hasil penelitian membuktikan bahwa gua ini telah dihuni manusia purba sejak 50 ribu tahun yang lalu. Terdapat jejak bengkel alat batu dari masa 10 ribu tahun yang lalu, temuan moluska, dan bahkan fosil gigi manusia yang masih menempel pada dinding gua. Di bagian kanan terdapat beberapa bekas penggalian arkeologi yang dipagari. Sayangnya hasil-hasil penggalian tidak dipamerkan di sini.
Berjalan ke ujung belakang sebelah kanan gua, Anda akan menemukan jawaban atas hubungan antara gua dengan musik gamelan. Beberapa stalaktit dan stalagmit dengan ajaib bisa menghasilkan suara sesuai tangga nada apabila dipukul. Sekelompok seniman setempat memanfaatkannya untuk menghibur para pengunjung. Bila ingin membuktikannya, Anda cukup membayar Rp 70 ribu dan mereka akan memainkan 6 buah lagu Jawa. Tertarik untuk mencoba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar